Kang Raihan
adalah sosok ikhwan yang suka memimpin. Dia adalah kepala cabang di sebuah
kantor zakat. Nadiya, Bunda Nur, Teh hani adalah tiga akhwat sholehah yang
menjadi bagian dari staf dikantor zakat tersebut selama setahun. Mereka semua
seumuran, hanya saja panggilan yang berbeda disematkan oleh Nadiya pada Nur, dan
Hani. Nadiya, sosok akhwat yang tangguh, sabar, dan kadang cerewet. Bunda Nur,
di panggil bunda karena sosok nya yang keibuan, penuh kasih sayang, selalu
memberi semangat dan solusi dari setiap permasalahan yang ada. Teh hani adalah
sosok seorang yang suka menghibur, masih kayak kekanak kanakan kadang-kadang.
Sudah menjadi
kebiasaan bahwa pada hari jumat jam 13.00 di kantor zakat sering diadakan rapat
untuk membahas tentang zakat dan biasanya hari minggu sering diadakan stand
zakat di tempat-tempat ramai. Seperti biasa, Nadiya pun bersiap siap untuk
datang ke kantor dengan pakaiannya yang rapi pada hari jumat itu, dia melihat
kedepan kaca sembari mengucap dengan nada rendah Allohumma kama hasanta holqi fahasin huluqi dan mengenakan kerudung
yang menutupi hingga lengan nya dan gamis kesukaannya. Kesukaan kerudungnya
adalah hitam atau coklat dan gamis yang disuka nya adalah hitam atau biru
dongker. Setelah itu, dia mengucap salam pada ibunya lalu pergi berjalan keluar
rumahnya sembari berkata lembut dalam hati bismillahi
tawakaltu allalloh lahaula wala quwwata illabillah.
Matanya
melihat kearah kanan jalan sambil menunngu angkot yang ditunggu-tunggu nya,
setelah menunggu beberapa menit datanglah angkot tersebut dan tangannya
menunjuk sebagai tanda bahwa nadiya ingin menyetop angkot tersebut untuk dia
tumpangi. Akhirnya naiklah nadiya menuju angkot dengan kaki kanan mendahului
dan kaki kiri setelahnya. Sembari berkata dalam hati bismillahi majreha wamursaha. Setelah sejam perjalanan nadiya pun
tiba di kantor dan mengetuk pintu sembari mengucap salam, Assalamualaikum. Setibanya disana, baru hanya ada satu orang
dikantor tersebut, yaitu teh hani. Waalaikumsalam.
Jawab teh hani dari dalam kantor. Teh hani pun cipika cipiki ketika kita
bertemu. Yang lainnya belum pada datang
teh? Tanya nadiyya. Sudah ada, tadi kang
raihan sudah kesini paling awal, cuman dia pergi dulu ke luar buat cari makan.
Jawab teh hani. Jam pun memunjukkan pukul 13.10 dan datanglah kang Raihan. Assalamualaikum. Udah pada datang yang
lainnya? Tanya kang Raihan. Belum
kang, belum pada kesini. Jawab teh hani. Nadiya, Tolong sms atau
telepon bunda lg dimana? Rapat mau segera dimulai, ini udah telat 10 menit
belum pada datang. Iya kang,
jawab Nadiya. Assalamualaikum, bunda nur lagi
dimana? Ini kang raihan nanyain lagi dimana?. Bunda nur berbalas lagi di angkot bentar lgi nyampe dan
setelah 5 menit kemudian, berkumpullah kita dan membahas tentang sosialisasi
zakat. Dan disini terjadilah hal yang membuat nadiya terkejut dan senang.
Tiba-tiba diakhir rapat kang raihan bilang pada nadiya dihadapan bunda nur dan
teh hani, Nadiya, mau gak nikah dengan ana? Serentak nadiya
terdiam beberapa detik. Dan tak menjawabnya. Dan ditanya untuk kedua kalinya, mau gak nikah sama ana?
Nadiyya
memang memendam rasa pada kang Raihan ketika awal bertemu di kantor itu ketika
awal memasukan lamaran pekerjaan. Namun tak pernah sedikit pun Nadiyya
menceritakannya atau mengungkapkannya pada kang raihan. Dan ternyata kang
raihan pun memendam rasa yang sama setelah kang raihan mengucapkan pertanyaan
itu pada nadiyya. Nadiya dan raihan tak pernah berkomunikasi lewat pesan
singkat atau whatsapp tentang hal2 pribadi, hanya tentang urusan zakat saja dan
tiba2 kang raihan mengucapkan hal yang membuat hati akhwat berbunga bunga.
Nadiyya berbeda dari sosok akhwat yang lain, dia tak pernah berpacaran dari
mulai sd sampai kuliah, dan tiba-tiba ada yang mengucapkan pertanyaan itu. Tak
heran nadiya sontak terdiam dan tak langsung menjawab pertanyaan tersebut.
Sekali lagi
kang raihan bertanya, mau nikah sama ana
gak?. Emmh….. Ya. Jawab nadiya dengan malu-malu. Sontak wajah kang raihan
berseri seri dan tersenyum lebar, nadiyya pun tertunduk malu. Bunda dan teh
hani hanya berbisik cie cie, selamat ya, kepada
Nadiya.
Setelah
kejadian menakjubkan itu, nadiya dan kang raihan tak pernah terfikir untuk
saling berkomunikasi. Mereka hanya bertemu seperti biasa pada rapat.
Suatu hari….
Kang raihan
mengirim pesan singkat di facebook menanyakan perihal perasaan nadiya kepada
kang raihan dan keseriusannya untuk menikahi nadiya.
Assalamualaikum, Nadiyya, apa ada perasaan ke ana
gak?
Ya kang ada jawab nadiyya.
Benar? Saya serius ingin melamar anti.
Boleh kang, datang saja ke bapak ana.
Setelah itu…
Hari berikutnya
nadiya dapat pesan singkat di whatsapp.
Kang raihan mau ke rumah Nadiya ya hari ini sama
keluarga setelah ashar.
Oh Iya kang, nadiya dan keluarga tunggu ya.
Setelah itu
datanglah kang raihan beserta keluarga nya ke rumah nadiya dan disambut oleh
keluarga nadiya. Disana mereka melakukan lamaran. Dan semuanya berlangsung
dengan lancar.
Tibalah suatu
hari…..
Dimana
kejadian tak terduga datang lagi.
Pada rapat
selanjutnya, mereka kedatangan staf baru, mba ina namanya, akhwat yang cantik
dan sholehah serta kerudungnya yang panjang hingga menutupi seluruh tangannya.
Berbeda dengan nadiya yang hanya menutupi setengan lengannya. Kang raihan pun
mengenalkannya kepada nadiya, bunda dan teh hani. Kita kedatangan staf baru, namanya teh ina dri jawa. Silahkan perkenalkan diri.
Perkenalkan nama saya ina, saya dari tegal, mohon
bantuannya ya semuanya.
Barakallah mba ina, saut kita bertiga. Semoga
betah kerja disini, kita akan bantu kok mba.
Ternyata pada
hari itu, kang Raihan memendam rasa pada mba ina.
dan tiba-
tiba setelah beberapa hari, mungkin seminggu dari kedatangan mba ina. Nadiya
mendengar sesuatu yang tak terduga. terdengar lah obrolan dari mulut mba ina
bahwa kang raihan suka sama mba ina dan ingin melamarnya dan mba ina menolak
laraman tersebut. Pada waktu itu, Mba ina tak tau kalau Nadiya dan kang raihan
telah bertunangan.
Jleb…
sedih…..pasti nadiya merasakannya. Tapi tak pernah dia ungkapkan pada kang
Raihan.
Tak pernah
sedikitpun nadiya mengeluhkan hal tersebut pada kang Raihan. Nadiya hanya
menceritakannya kepada Bunda nur yang selalu memberi nasehat, motivasi untuk nadiya
dan juga teh hani.
Bunda, bagaimana ini?
Tenang aja, kalau pun jodoh gak akan kemana, toh
mba ina nya juga menolak. Bund pun menyebutkan bahwa Allah telah persiapkan
yang terbaik untuk hamba-hamba nya, laki-laki yang baik akan Allah pasangkan
dengan perempuan yang baik dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk perempuan
yang tidak baik pula, sebagaimana surat an nur ayat 26.
Iya ya bunda.
Akhirnya hati
nadiya tenang kembali setelah mendengar nasehat bunda.
Nadiya dan
kang Raihan tak pernah berkomunikasi sedikit pun setelah adanya pertunangan, Karena
mereka sama-sama ingin menjaga diri, sebelum ijab terucap, sebelum halal
tertancap pada mereka. Sungguh mereka paham akan apa yang Allah perintahkan.
Karena tunangan bukanlah jembatan menuju halal, tunangan hanya tanda bahwa
mereka sudah ditandai, agar tak ada yang berani melamar yang sudah dilamar.
Mereka tahu bahwa halalnya mereka ketika ijab qobul sudah terucap, maka mereka
tak berani bahkan hanya untuk sapa lewat pesan singkat. Sungguh mulia keadaan
mereka.
Rencana
menikah mereka setelah dua bulan pertunangan, namun tak ada kabar dari kang
raihan untuk menyusun semua rancangan pernikahan yang sudah direncanakan. Hal
ini membuat nadiya kebingungan, menanti dalam cemas dan harap. Menanti kapan
pesan singkat itu akan datang. Dia lihat whatsapp dan facebook nya, tak ada
satupun pesan yang muncul.
Akhirnya…
Dalam
penantian dan pengharapan nadiya berdoa meminta yang terbaik kepada sang
pencipta Nya, Allah. Dia ambil air wudhu dan sholat istikhoroh dua rakaat, dan
berdoa dengan doa istikhoroh.
Ya Allah aku memohon pilihan berdasarkan
pilihan-Mu, meminta ketentuan dari-Mu sesuai dengan kekuasaan-Mu serta meminta
karuniamu yang agung. Sungguh engkau maha kuasa, sedangkan aku lemah engkau
maha mengetahui sedangkan aku bodoh. Engkau maha mengetahui yang tersembunyi.
Ya Allah, Jika Engkau mengetahui bahwa kang Raihan baik untukku dalam agamaku,
kehidupanku seta akibatnya, maka takdirkalah ia untukku dan mudahkanlah bagiku.
Kemudian , anugerahilah akukeberkahan didalamnya. Namun, jika engkau mengetahui
bahwakang Raihan buruk untukku dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya,
jauhkanlah aku darinya dan takdirkanlah untukku apa yang baik dimana pun ia
berada. Lalu biarkanlah aku ridho dengannya. Aamiin ya robbal alamin
Setelah itu,
nadiya menguhungi bunda nur, menceritakan semua hal yang dialami atas
penantiannya. Bunda pun memberanikan diri menanyakan hal itu kepada kang
raihan, atas ketidakpastian yang nadiya dapatkan.
Dan tiba-tiba
…
Nadiya
mendengar jawaban atas sholat istikhoroh yang nadiya lakukan.
Bunda bertemu
dengan nadiya di masjid dan Bunda mengatakan bahwa kang raihan akan menikah
minggu depan dan kang raihan menyampaikan minta maaf nya untuk nadiya karena
tiba-tiba mendapatkan kabar seperti ini, dan minta maaf jugakepada keluarganya
nadiya.
Menikah dengan siapa bunda? Tanya
nadiya.
Dengan ukhti serlina. Jawab bunda
Siapa itu ukhti serlina?
Ukhti serlina adalah teman kuliah kang raihan
waktu dulu.
Kenapa kang raihan menghilang ya bunda, tak ada
kabar? Dan ketika ada kabar malah ini yg didapat.
Katanya dia tak sanggup mengatakan hal itu
kepadamu nadiya.
Semoga nadiya mendapatkan yang lebih baik dari
kang raihan ya. Semoga tabah atas semua yang Allah rencanakan untuk nadiya.
Semoga nadiya bertemu dengan seseorang yang akan membuat hati dan pikiran
Nadiya tentram.
Aamiin ya
robbal alamin, makasih ya bunda atas doanya. Semoga bunda juga dapat yang
seperti itu.
Pada saat
bunda bercerita bahwa kang raihan akan menikah minggu depan, nadiya menahan
rasa sedinya, dan menumpahkannya ketika nadiya sesampainya di rumah, dia
langsung datang ke kamar sembari mengunci pintu kamar dan mengangis
tersedu-sedu. Setelah itu dia mengingat akan takdir yang Allah berikan. Inilah takdirku,
jangan kecewa dengan apa yang sudah terjadi denganku, aku harus menerima semua
keputuan Allah, ini adalah jawaban atas sholat istihorohku. Harus tetap
berprasangka baik bahwa Allah sedang mempersiakan yang pantas dan layak
untukku, mungkin aku belum siap untuk menikah sekarang, dan kemungkinan
prasangka positip lainnya yang datang dalam benak pikiran nadiya.
Nadiya pun
bersuka hati dan bersenang hati dengan adanya kabar tersebut dan kang raihan
pun bahagia dengan pernikahannya.